Categories
Artikel
Date
2022-07-14 00:00:00
Post by
Administrator
Oleh: Bagus Pinuntun, Kadis Dukcapil Kabupaten Temanggung
SERINGKALI kita mendengar bahasa satire dari masyarakat akan buruknya pelayanan dari birokrasi. Hampir di semua level dan jenis layanan, tanpa kepastian, lambat, kurang ramah, berbelit dan terkadang ditambah bumbu kurang ramah pelayanannya.
Terhadap hal tersebut, komitmen pemerintah tidak kurang suatu apa pun. Dahulu kita punya slogan pelayanan prima. Saat ini yang baru adalah mewujudkan kawasan Zona Integritas, yang pada akhirnya akan mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi yang Bersih dan Melayani dengan pilar utama core value birokrasi yang ber-AKHLAK (berorientasi kepada pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, adaptif dan kolaboratif).
Semua hal tersebut mestinya menjadi adagium yang harus diinternalisasi ke semua birokrat yang melayani masyarakat. Kalau saat ini, ya para ASN, PPPK ataupun supporting staf yang bekerja di lingkungan birokrasi.
Pertanyaan mendasar, apakah hal tersebut sudah terwujud atau kapan akan terwujud? Memang saat ini banyak alat ukur untuk menunjukkan capaian hal tersebut yang sering dinilai bahkan dilombakan. Akan tetapi alat ukur yang sesungguhnya adalah masyarakat: Yaitu tingkat kepuasaan masyarakat yang menjadi patokan utamanya.
Terkadang masyarakat tidak membutuhkan hal-hal yang terlalu formal seperti standar sarana dan prasarana ataupun seabrek atribut yang ditempel di dinding, termasuk atribut yang menempel di seragam pelayanannya.
Masyarakat hanya ingin datang ke tempat pelayanan dengan tanpa ada rasa was-was dan tetek bengek. Kalau bisa jangan lama-lama berhadapan. Syukur kalau bisa tidak berhadapan dengan cara yang sesimpel mungkin. Datang dilayani dan pulang. Ataupun tinggal kirim persyaratan lewat layanan online dan pemohon tinggal tunggu dokumen selesai dari rumah.
Di tengah kegelisahan dan harapan masyarakat tersebut, Dukcapil kabupaten/kota sebagai sebuah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di bawah komando Dirjen Dukcapil Prof Zudan Arif Fakrulloh beserta seluruh tim, telah bekerja sedemikian all out. Sehingga sampai saat ini kita bisa melihat cakupan layanan dan jenis layanan Dukcapil serta kecepatan layanan Dukcapil yang nyaris mampu menjawab tantangan tersebut.
Bahkan layanan antar kabupaten/kota sangat bisa difasilitasi oleh masing masing Dukcapil. Ambil contoh yang sederhana, kepindahan warga yang bisa difasilitasi oleh Dukcapil, penerbitan kutipan akta ke-2 juga dengan mudah difasilitasi, ketika lokasi domisili sudah berubah.
Kita sendiri juga menyaksikan bagaimana kawan-kawan antarbidang maupun kepala seksi saling berkolaborasi se Indonesia untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Kita juga melihat petugas pelayanan front office bekerja sangat spartan. Tidak ada kamus untuk memperlambat pekerjaan. Sebab, memperlambat pekerjaan berarti menumpuk pekerjaan.
Kita juga akan melihat para teman-teman menjemput layanan bagi yang membutuhkan pelayanan khusus. Pendek kata, tiap hari kita hanya melihat tentang cakupan pelayanan dan kuantitas layanan serta kualitas layanan.
Kita saling berlomba untuk kebaikan pelayanan. Kita betul-betul bersinergi dalam memberikan pelayanan dengan integritas tinggi yang nyaris terus terjaga.
Penjagaan integritas dan kualitas layanan betul-betul dalam kontrol sang komandan, yaitu Bapak Dirjen dan terus dipegang teguh oleh para kapten komando, para kepala Dinas beserta jajarannya di bawahnya.
Sungguh kita akan sangat jarang menjumpai hal tersebut di OPD lainnya. Seharusnya kita bangga menjadi bagian warga Dukcapil. Kita punya banyak slogan, yang kita tidak pernah malu ketika di tempel di dada kita: "Profesional dan Tulus Melayani"; "Bangga Melayani Masyarakat"; "Melayani Dengan Sepenuh Hati", ataupun apalah slogan kita. Yang jelas, label ini kita berani pertaruhkan di hadapan masyarakat.
Secara pribadi sebagai birokrat yang sudah lebih dari 32 tahun malang melintang di daerah, rasanya saya tidak akan banyak berbeda dengan kepala dinas lainnya, manakala memiliki sikap dan cara pandang bahwa dinas ini adalah dinas yang secara riil dan mandiri bisa melayani masyarakat tanpa sekat ataupun tanpa diskriminasi bahkan intimidasi.
Dinas ini juga mampu menjawab tuntutan tantangan pelayanan yang cepat, mudah dan gratis. Dinas ini dari unsur terendah sampai tertinggi memiliki visi yang sama, memiliki jiwa melayani, mampu bekerja spartan tanpa mengenal waktu.
Bekerja di Dukcapil kita bisa melihat kolaborasi antarbidang, bahkan di tempat-tempat tertentu dari cerita yang ada nyaris tanpa sekat. Inilah sesungguhnya yang dimaui oleh pemerintah saat ini, leveling atau kelas jabatan yang berimplikasi dan berorientasi ke tugas pokok dan fungsi. Ini adalah aset terbesar bangsa ini, bukan hanya Dukcapil, demikian Bapak Dirjen, Prof Zudan.
Oleh sebab itu, segala hal yang akan memperlambat capaian layanan dan kepuasan atau kebahagiaan masyarat harus dicari jalan terbaik. Biar rakyat tetap bahagia, biar rakyat betul-betul merasakan fungsi dari negara yang melayani.
Kalau dalam bahasa Temanggungan, Bapak Dirjen, kami istilahkan "Turu Nguyu Melek Ngekek". Aku bangga padamu... makna "Turu nguyu" adalah ketika masyarakat akan berhadapan dengan pelayanan di Disdukcapil tidak ada rasa kegelisahan, ketakutan ataupun kekhawatiran ataupun was was...
Maka di malam hari masyarakat bisa tidur sambil mimpi yang indah-indah dan tersenyum. Dan makna "Melek ngekek" adalah ketika masyarakat betul-betul berhadapan dengan sistem layanan baik off line maupun online yang ada hanya kemudahan, keprofesionalan dan keramahan para pelayannya. Sehingga nantinya masyarakat akan berkata dan memiliki sikap: "Aku bangga padamu".
Bayangkan, kalau 'aku bangga padamu' ada pada kepuasan publik di semua level pemerintahan, dan semua jenis pelayanan pemerintah. Rasanya negara tidak akan sulit menuntut kepatuhan warganya. Seperti membayar pajak, vaksinasi ataupun sebagai cadangan tentara ketika negara memanggil.
Tapi apapun yang terjadi, unsur kehati-hatian dan cermat harus menjadi landasan kita dalam bekerja.
Salam.
Temanggung, 14 Juli 2022.